Skip to content
Home » Biopori: Cara Praktis Kelola Sampah Rumah Tangga

Biopori: Cara Praktis Kelola Sampah Rumah Tangga

Sampah rumah tangga yang terus meningkat menuntut adanya solusi pengelolaan yang efektif dan ramah lingkungan. Salah satu metode yang sederhana namun sangat bermanfaat adalah teknologi biopori. Biopori merupakan lubang silindris yang dibuat vertikal ke dalam tanah, yang berfungsi sebagai media pengomposan sampah organik sekaligus meningkatkan kualitas tanah.

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah makanan rumah tangga. Berdasarkan laporan Food Waste Index Report 2024 dari United Nations Environment Programme (UNEP), Indonesia menjadi negara penghasil sampah makanan rumah tangga terbesar di Asia Tenggara, dengan jumlah mencapai 14,73 juta ton per tahun. Angka ini menggambarkan besarnya limbah organik dari rumah tangga, seperti sisa potongan sayur, kulit buah, hingga tulang, yang sering kali berakhir mencemari lingkungan.

Sayangnya, pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga masih minim dilakukan. Padahal, metode pengomposan seperti lubang biopori dapat menjadi solusi yang efektif. Selain mengurangi jumlah sampah organik, lubang biopori juga berfungsi sebagai area resapan air, membantu mengatasi masalah lingkungan seperti menipisnya cadangan air tanah dan potensi banjir. Artikel ini akan membahas secara rinci cara membuat, merawat, serta manfaat dari lubang biopori sebagai solusi pengelolaan sampah rumah tangga.

Apa Itu Biopori?

Biopori atau biopore, secara sederhana, adalah lubang buatan yang dibuat pada tanah dengan tujuan meningkatkan daya serap air dan mengolah sampah organik. Istilah ini berasal dari kata “bio” yang berarti hidup dan “pori” yang berarti lubang. Jadi, biopori adalah lubang kehidupan yang diciptakan untuk mendukung aktivitas makhluk hidup di dalam tanah.

Konsep biopore terinspirasi dari proses alami yang terjadi di tanah. Cacing, rayap tanah, akar tanaman, dan organisme tanah lainnya secara alami membuat lubang-lubang kecil di dalam tanah. Lubang-lubang ini berfungsi sebagai saluran air, udara, dan juga sebagai tempat tinggal bagi organisme tanah. Dengan adanya lubang-lubang ini, tanah menjadi lebih porus dan mampu menyerap air dengan lebih baik.

Untuk mempercepat dan memaksimalkan proses alami tersebut, manusia mengembangkan teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB). LRB adalah lubang buatan yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter dan kedalaman tertentu. Biasanya, LRB dilapisi dengan pipa PVC untuk mempermudah pembuatan dan menjaga bentuk lubang agar tetap stabil.

biopori
Sumber : Zero Waste Indonesia

Cara Kerja Lubang Biopori

Metode pengelolaan sampah menggunakan lubang biopori lebih praktis dan efisien dibandingkan metode pengomposan lainnya. Jika metode lain biasanya memerlukan pengecekan rutin, pengadukan, dan penambahan cairan bioaktivator untuk mempercepat proses, biopore hanya membutuhkan persiapan awal berupa pipa dan penutupnya.

Proses pembuatan lubang biopori cukup sederhana. Setelah lubang selesai dibuat dan pipa dimasukkan, pengomposan bisa langsung dimulai. Berbagai jenis sampah organik seperti daun kering, ranting, kulit buah, sisa sayur, makanan, hingga tulang dapat dimasukkan ke dalam lubang. Agar bau tidak menyengat, sampah organik basah sebaiknya dilapisi dengan daun kering.

Setelah sampah dimasukkan, proses pengomposan berlangsung secara alami tanpa perlu pengadukan rutin. Dalam beberapa waktu, sampah organik akan menyusut dan berubah menjadi nutrisi yang bermanfaat bagi biota tanah di sekitar lubang.

Jenis Sampah yang Dapat Dikelola

Sampah yang dapat dimasukkan ke dalam lubang biopori mencakup berbagai jenis sampah organik. Di antaranya adalah sampah kebun, seperti dedaunan, potongan rumput, dan ranting pohon, yang mudah terurai dan memberikan manfaat bagi proses pengomposan. Selain itu, sampah dapur seperti sisa makanan, kulit sayuran, buah-buahan, dan tulang hewan juga dapat dimasukkan, karena merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme dan organisme tanah yang membantu mempercepat proses penguraian. Bahkan, sampah produk dari pulp, seperti kardus dan kertas, bisa dimanfaatkan dalam biopori, selama bahan tersebut bebas dari tinta atau bahan kimia berbahaya.

Namun, ada jenis sampah yang sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam lubang biopore, yakni sampah anorganik seperti kaleng, plastik, kaca, dan logam. Sampah-sampah ini tidak dapat terurai oleh mikroorganisme dan bisa bertahan lama di dalam tanah. Selain itu, bahan-bahan tersebut berpotensi mencemari tanah, merusak keseimbangan ekosistem, dan menghambat proses alami dalam lubang biopori. Oleh karena itu, penting untuk memastikan hanya sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang biopore agar fungsinya dapat berjalan dengan optimal tanpa menimbulkan dampak negatif pada lingkungan.

Manfaat Membuat Lubang Biopori

Pembuatan lubang biopori memiliki beragam manfaat bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Pertama, lubang biopori berperan aktif dalam mencegah banjir. Dengan adanya lubang biopori, air hujan dapat dengan mudah meresap ke dalam tanah. Hal ini mengurangi volume air yang mengalir di permukaan tanah sehingga meminimalisir terjadinya genangan air dan banjir.

Selain itu, biopori juga sangat efektif dalam meningkatkan kualitas tanah. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang biopore akan terurai secara alami oleh mikroorganisme tanah menjadi kompos. Kompos ini kaya akan nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Dengan kata lain, biopori berperan sebagai pupuk alami yang dapat menyuburkan tanah.

Tidak hanya itu, keberadaan biopori juga meningkatkan aerasi tanah. Lubang-lubang yang terbentuk akibat aktivitas organisme tanah dalam mengurai sampah organik membuat tanah menjadi lebih porus. Kondisi tanah yang porus memungkinkan akar tanaman mendapatkan oksigen yang cukup untuk bernapas.

Selanjutnya, biopori juga berkontribusi dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Dengan mengolah sampah organik secara mandiri, kita dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Hal ini tentu saja akan mengurangi beban lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran tanah dan air.

Terakhir, pembuatan biopori juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Ketika kita aktif membuat dan merawat biopori, secara tidak langsung kita telah memberikan contoh yang baik bagi orang lain untuk turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Cara Membuat

Membuat lubang biopori merupakan langkah awal yang sederhana namun efektif untuk menjaga lingkungan. Proses pembuatannya tidaklah sulit dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu Anda ikuti:

1. Persiapan Alat dan Bahan

Sebelum memulai, pastikan Anda telah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain:

  • Pipa PVC: Pilih pipa PVC dengan diameter 10-15 cm dan panjang 100-150 cm. Pipa PVC ini berfungsi sebagai dinding lubang biopori.
  • Bor tanah: Alat ini digunakan untuk membuat lubang awal pada tanah.
  • Tutup pipa: Tutup pipa berfungsi untuk menutup bagian atas lubang biopori agar tidak kemasukan air hujan secara langsung.
  • Sampah organik: Siapkan sampah organik seperti kulit buah dan sayuran.
  • Sampah Coklat: Siapkan sampah cokelat seperti dedaunan, ranting, kertas cokelat, kardus cokelat, dan lain sebagainya.
  • Air
2. Pemilihan Lokasi

Lubang biopori sebaiknya dibuat di tempat yang secara alami menjadi area berkumpulnya air, seperti dasar saluran air hujan, dekat pepohonan, area pekarangan yang lebih rendah dibandingkan sekitarnya, atau di batas taman. Pastikan lokasi yang dipilih terkena sinar matahari langsung dan mudah dijangkau, karena sinar matahari dapat membantu mempercepat proses penguraian sampah organik. Hindari tempat yang ternaungi bangunan atau pohon besar, karena bayangan dapat menghambat proses ini.

Selain itu, pilih area yang jarang dilalui orang, terutama anak-anak, untuk menghindari risiko kaki terperosok atau kerusakan pada penutup lubang biopori akibat terinjak. Dengan lokasi yang tepat, lubang biopori dapat berfungsi optimal sebagai pengelola sampah organik sekaligus area resapan air.

3. Pembuatan Lubang

Setelah lokasi untuk lubang biopori ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat lubang tersebut. Pertama, basahi tanah dengan air untuk melunakkan tanah dan memudahkan proses penggalian. Gunakan bor tanah atau linggis untuk menggali lubang awal dengan kedalaman sekitar 10-15 cm. Jika tanah masih terasa keras, siram kembali dengan air agar lebih mudah dilubangi.

Setelah lubang dasar terbentuk, masukkan pipa PVC yang telah dilubangi ke dalamnya dan dorong perlahan hingga mencapai kedalaman yang diinginkan, yaitu sekitar 100-150 cm. Pastikan pipa tertanam dengan kokoh di dalam tanah. Jika selama proses penggalian terdapat kerikil atau batu, keluarkan semuanya untuk memastikan lubang tidak terhalang.

Untuk memperkokoh biopori, lapisi sekitar pipa dengan semen. Pastikan lubang yang digali tetap tegak lurus, dan setelah selesai, biopori siap digunakan untuk pengelolaan sampah organik dan resapan air.

4. Pemberian Sampah Organik

Setelah pipa PVC terpasang dengan kokoh di dalam tanah, langkah selanjutnya adalah mengisi lubang dengan sampah organik. Pertama, masukkan sedikit tanah ke dalam pipa untuk menutupi bagian bawahnya. Kemudian, masukkan sampah organik seperti dedaunan, kulit buah, dan sayuran secara bertahap, sekitar 7,8 liter. Pastikan untuk tidak memadatkan sampah organik terlalu rapat, beri ruang udara di antara lapisan sampah agar proses penguraian dapat berjalan dengan baik. Hal ini juga bertujuan untuk menstimulasi aktivitas organisme seperti cacing tanah, yang akan memanfaatkan sampah organik sebagai sumber makanannya.

5. Penutupan Lubang

Setelah lubang terisi dengan sampah organik, tutup bagian atas pipa dengan rapat menggunakan tutup pipa yang sudah dilubangi. Penutupan ini bertujuan untuk mencegah air hujan masuk ke dalam lubang secara langsung dan juga untuk mencegah serangga masuk ke dalam lubang.

6. Perawatan

Lubang biopori perlu dirawat secara rutin agar dapat berfungsi dengan baik. Pertama, setiap 3-5 hari sekali, pastikan untuk memeriksa dan menambahkan sampah organik agar volume di dalamnya tetap terjaga. Pastikan sampah tidak dipadatkan terlalu rapat agar proses penguraian dapat berjalan optimal. Kedua, siram lubang biopore secara teratur untuk menjaga kandungan air di dalamnya. Terakhir, bersihkan area sekitar lubang biopori dari sampah yang berserakan. Setelah sekitar 3 bulan, angkat kompos yang terbentuk dan ulangi proses pengisian dengan sampah organik.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda dapat dengan mudah membuat lubang biopori di rumah Anda. Pembuatan lubang biopore merupakan salah satu cara sederhana namun efektif untuk menjaga lingkungan dan mewujudkan kehidupan yang lebih berkelanjutan.

Demikianlah pembahasan tentang cara mengelola sampah rumah tangga dengan biopori. Mengelola sampah rumah tangga dengan cara yang ramah lingkungan bukan hanya penting untuk mengurangi sampah, tetapi juga untuk menjaga kualitas lingkungan hidup kita.

Ingin tahu lebih dalam tentang cara mengelola sampah rumah tangga dengan mudah dan efektif? Bergabunglah dalam kelas green skills bersama Impactlabs Academy! Dalam kelas ini, Anda akan belajar cara praktis membuat dan merawat lubang biopori, mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos yang bernutrisi, dan memahami betapa pentingnya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.

Jangan lewatkan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan Anda dan memberikan dampak positif bagi lingkungan! Hubungi kami sekarang untuk informasi lebih lanjut dan tingkatkan green skills Anda di ImpactLabs Academy. Jadilah bagian dari solusi hijau untuk masa depan yang lebih baik!