Skip to content
Home » Mengapa Indonesia Tak Pernah Capai Target Energi Terbarukan?

Mengapa Indonesia Tak Pernah Capai Target Energi Terbarukan?

Energi terbarukan menjadi salah satu solusi utama dalam menghadapi krisis energi global dan perubahan iklim. Indonesia, sebagai negara dengan potensi besar di bidang energi hijau, telah menetapkan berbagai target ambisius untuk transisi energi. Namun, realitanya, Target pencapaian tersebut selalu mengalami hambatan. Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan sejumlah alasan mengapa Indonesia belum mampu mencapai target yang telah ditetapkan. Artikel ini akan mengulas faktor-faktor penghambat serta solusi yang dapat diambil untuk mempercepat transisi energi terbarukan di Indonesia.

Target Energi Terbarukan Indonesia

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target peningkatan bauran energi terbarukan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Target utama adalah mencapai 23% energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada tahun 2025. Namun, hingga saat ini, pencapaian tersebut masih jauh dari harapan. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasinya hanya baru mencapai sekitar 14% pada tahun 2023.

Baca Juga: Rencana Pensiun Dini PLTU Ditunda, Transisi Energi Alami Hambatan Baru

Alasan Indonesia Belum Capai Target Energi Terbarukan

1. Regulasi yang Belum Optimal

Salah satu faktor utama yang diungkapkan oleh Bahlil adalah kebijakan dan regulasi yang belum sepenuhnya mendukung pengembangan energi terbarukan. Proses perizinan yang panjang serta ketidaksesuaian regulasi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi kendala utama. Selain itu, adanya perubahan kebijakan yang sering terjadi juga menciptakan ketidakpastian bagi investor.

2. Ketergantungan pada Energi Fosil

Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil, terutama batu bara, sebagai sumber utama pembangkit listrik. Dengan adanya kontrak jangka panjang dalam industri batu bara dan harga yang lebih kompetitif dibandingkan energi terbarukan, transisi menjadi energi hijau menjadi lebih sulit. Banyak pembangkit listrik tenaga batu bara masih beroperasi dan memerlukan waktu untuk beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan.

3. Tantangan Pendanaan dan Investasi

Investasi dalam hal ini membutuhkan biaya yang besar, terutama untuk infrastruktur dan teknologi. Bahlil menyatakan bahwa banyak investor yang masih ragu untuk menanamkan modalnya karena belum adanya kepastian dari sisi regulasi dan insentif yang cukup menarik. Selain itu, perbankan di Indonesia juga masih cenderung lebih mudah memberikan pembiayaan untuk proyek berbasis energi fosil dibandingkan energi terbarukan.

4. Infrastruktur yang Belum Memadai

Pengembangan energi ini memerlukan infrastruktur yang mendukung, mulai dari jaringan transmisi hingga fasilitas penyimpanan energi. Sayangnya, infrastruktur di Indonesia masih belum siap untuk mendukung penetrasi energi tersebut dalam skala besar. Banyak wilayah potensial seperti daerah terpencil yang memiliki sumber daya tersebut, tetapi tidak memiliki jaringan listrik yang cukup kuat untuk menyalurkan energi tersebut ke pusat konsumsi.

5. Kurangnya Teknologi dan Sumber Daya Manusia

Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal penguasaan teknologi energi terbarukan. Banyak teknologi yang masih bergantung pada impor, yang menyebabkan biaya implementasi menjadi lebih tinggi. Selain itu, tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus pada bidang ini masih terbatas, sehingga menghambat percepatan pengembangan proyek-proyek baru.

Sumber : Freepik

Baca Juga: Peran Energi Geothermal dalam Mengurangi Jejak Karbon

Solusi untuk Meningkatkan Penggunaan Energi Terbarukan

1. Reformasi Regulasi dan Kebijakan

Pemerintah perlu menyusun kebijakan yang lebih mendukung investasi terkait ini, termasuk penyederhanaan perizinan, pemberian insentif, serta menjamin kepastian hukum bagi para investor. Konsistensi dalam kebijakan juga menjadi kunci agar tidak terjadi perubahan regulasi yang menghambat perkembangan sektor ini.

2. Meningkatkan Insentif bagi Investor

Untuk menarik lebih banyak investasi, pemerintah harus menyediakan insentif fiskal dan non-fiskal, seperti subsidi untuk energi hijau, keringanan pajak bagi perusahaan yang berinvestasi di sektor energi terbarukan, serta skema pembiayaan yang lebih fleksibel.

3. Pengembangan Infrastruktur Energi

Pembangunan jaringan transmisi dan fasilitas penyimpanan energi harus diprioritaskan untuk mendukung distribusi energi terbarukan secara lebih luas. Pemerintah juga bisa menggandeng sektor swasta dalam proyek infrastruktur energi hijau agar lebih cepat terealisasi.

4. Diversifikasi Sumber Energi Terbarukan

Selain tenaga surya dan angin, Indonesia juga memiliki potensi besar di sektor energi hidro, bioenergi, dan panas bumi. Dengan memanfaatkan berbagai sumber energi terbarukan secara optimal, ketergantungan terhadap energi fosil dapat dikurangi secara bertahap.

5. Peningkatan SDM dan Riset Teknologi

Pemerintah perlu berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan tenaga kerja di bidang energi terbarukan. Selain itu, penelitian dan pengembangan teknologi lokal harus diperkuat agar Indonesia tidak terus bergantung pada teknologi impor.

Baca Juga: Harga Nikel Diprediksi Anjlok Usai Trump Hapus Aturan Kendaraan Listrik

Temukan Solusi Terbaik untuk Trasisi Energi Anda: Konsultasi dengan ImpactLabs

Untuk mempercepat transisi energi terbarukan dan memastikan strategi yang tepat dalam mencapai target EBT, perusahaan Anda membutuhkan mitra yang berpengalaman dan kompeten. ImpactLabs, sebagai perusahaan terkemuka dalam sustainability consulting, dapat membantu Anda merancang dan mengimplementasikan solusi yang efektif dan efisien.

Jangan biarkan perusahaan Anda tertinggal dalam transisi energi hijau. ImpactLabs siap membantu Anda mengembangkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan jangka panjang perusahaan. Segera hubungi kami untuk konsultasi dan dapatkan rencana transisi energi yang lebih ramah lingkungan dan menguntungkan!

Kesimpulan

Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam energi terbarukan, pencapaiannya masih jauh dari target yang telah ditetapkan. Faktor-faktor seperti regulasi yang belum optimal, ketergantungan pada energi fosil, keterbatasan pendanaan, serta kurangnya infrastruktur menjadi kendala utama dalam transisi energi hijau. Dengan langkah-langkah strategis seperti reformasi kebijakan, peningkatan investasi, penguatan infrastruktur, serta peningkatan SDM dan teknologi, Indonesia dapat mempercepat pencapaian target dan menjadi pemimpin dalam transisi energi di kawasan Asia Tenggara.